Penjelasan lebih lanjut :
Pengertian Drama
Unsur - unsur Drama
Struktur Teks Drama
Ciri - ciri Drama
Kebahasaan Drama
Jenis - jenis Drama
Contoh Drama
Pengertian Drama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan.
Mengutip buku Think Smart Bahasa Indonesia untuk Kelas XII SMA/MA Program Bahasa oleh Ismail Kusmayadi, drama ialah bentuk dari karya sastra yang bertujuan untuk menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui akting dan dialog.
Sementara, pengertian teks drama adalah sebuah naskah tertulis yang berisi dialog-dialog antara karakter-karakter dalam sebuah cerita. Naskah ini tidak hanya berisi dialog, tetapi juga petunjuk regi, deskripsi latar, dan interaksi antara karakter-karakter. Teks drama digunakan sebagai panduan untuk pementasan oleh aktor dan sutradara.
Unsur - unsur Drama
2.1 Unsur Intrinsik Drama
Alur, yakni rangkaian peristiwa yang terjalin pada sebuah teks drama sastra, dengan berlandaskan hukum sebab akibat. Rangkaian alur memiliki tahapan yang menyusun cerita dalam drama menjadi sedemikian rupa. Tahapan drama meliputi orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi dan koda.
Tokoh dan penokohan, artinya karakter rekaan yang ada di dalam sebuah cerita. Sementara itu, penokohan adalah penggambaran watak tokoh yang tergambar berdasarkan sikap, ucapan, perilaku, pikiran dan pandangan tokoh tersebut dalam setiap situasi yang dihadapi dalam drama.
Latar, adalah keadaan yang ingin digambarkan dalam drama, meliputi tempat, waktu dan suasana yang ingin ditampilkan.
Amanat atau pesan, berarti nilai didik yang ingin disampaikan oleh penulis naskah dan lakon kepada penonton melalui pertunjukan yang dipentaskan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Amanat atau pesan, berarti nilai didik yang ingin disampaikan oleh penulis naskah dan lakon kepada penonton melalui pertunjukan yang dipentaskan baik secara langsung maupun tidak langsung
2.2 Unsur Ekstrinsik Drama
Merujuk buku Ruang Lingkup Drama karya Nabila Atika Putri dkk, unsur ekstrinsik drama adalah unsur-unsur pendukung jalannya sebuah drama yang berasal dari luar struktur drama tersebut.
Adapun unsur-unsur pendukung itu, meliputi tim kreatif, sutradara, penata rias dan kostum, penyandang dana, pimpinan produksi, serta unsur-unsur pendukung lainnya dalam pementasan suatu drama.
Selain itu, unsur ekstrinsik juga dapat berupa aktor-faktor yang tengah berkembang dalam masyarakat, seperti situasi politik, perkembangan ekonomi, situasi sosial budaya, tingkat pendidikan, akses terhadap masyarakat.
Sebab, hal-hal tersebut bisa memengaruhi penulis dalam menentukan jenis cerita yang akan dipentaskan. Juga dapat memengaruhi
3. Struktur Teks Drama
Bagian pertama dari struktur teks drama adalah prolog. Prolog dapat dipahami sebagai kata pendahuluan atau kata-kata pembuka yang memiliki peran sebagai pengantar. Prolog sendiri biasanya berisi penjelasan gambaran umum tentang tokoh, konflik, latar belakang cerita, atau berbagai hal yang terjadi dalam drama. Dalam pementasan drama, prolog sering kali disampaikan oleh narator atau bisa disebut juga dengan dalang, terkadang juga prolog secara khusus disampaikan oleh tokoh tertentu dalam drama.
Bagian kedua dari struktur teks drama yaitu dialog. Dialog dapat didefinisikan sebagai sebuah percakapan atau pembicaraan antara dua orang atau lebih. Dalam struktur teks drama, dialog menjadi unsur yang memiliki peran yang sangat penting. Hal itu dikarenakan sebuah pementasan drama dibangun dengan menggunakan setiap dialog antar tokohnya.
Dalam teks drama, dialog juga dapat menyampaikan gambaran tentang perasaan dari para tokoh. Hal ini yang menjadikan pementasan drama perlu diperankan oleh aktor atau aktris yang dapat menjiwai karakter dan perasaan dari tokoh yang diperankan. Selain itu, aktor dan aktris juga harus mampu mengucapkan dialog dari tokoh yang diperankan, misalnya dengan menggunakan suara yang sesuai dengan perasaan dan watak dari karakternya.
Bagian ketiga dari struktur teks drama yaitu epilog. Epilog pada dasarnya adalah kata penutup dalam sebuah teks drama, yang mana fungsi dari epilog untuk mengakhiri sebuah pementasan drama. Dalam pementasan drama, epilog biasanya memuat simpulan atau amanat atau isi pokok dari teks drama. Sama seperti prolog, epilog umumnya disampaikan oleh narator atau dalang. Namun, bisa jadi karena kebutuhan pementasan epilog disampaikan oleh tokoh dalam drama tersebut.
Selain penjelasan tentang bagian di atas, pada bagian dialog dari struktur teks drama sendiri memiliki tiga bagian, meliputi orientasi, komplikasi, dan resolusi (denouement). Tiga bagian dialog tersebut kemudian dibagi lagi dalam beberapa babak dan adegan tertentu. Satu babak dalam sebuah teks drama biasanya mengandung cerita tentang sebuah peristiwa besar dalam dialog. Hal itu dapat dilihat dengan munculnya beberapa perubahan atau perkembangan dari peristiwa yang dialami oleh tokoh utama. Sedangkan, adegan dalam sebuah teks drama hanya mencakup satu pilihan-pilihan dialog dari setiap tokoh.
Pilihan Anak
Ari sudah memasuki kelas 3 SMA dan sebentar lagi akan melanjutkan kuliah. Suatu sore, Ari berbincang-bincang dengan ayah, ibu, dan neneknya di ruang tamu. Mereka menanyakan keputusan Ari untuk memilih jurusan kuliah. Baik sang ayah dan ibu Ari ternyata memiliki pilihan jurusan masing-masing dan tak mau memperhatikan keinginan Ari pribadi.
Ayah: “Jadi, sudah kamu pikirkan masak-masak kamu mau melanjutkan kuliah di jurusan apa?”
Ari: “Sudah, Yah.”
Ibu: “Jadi, kamu mau kuliah jurusan apa, Nak?” (datang ke ruang tamu sambil menghidangkan teh untuk ayah dan nenek Ari).
Ari: “Ari inginnya kuliah jurusan seni.”
Ayah: “Apa? Kamu ingin kuliah seni? Mau jadi apa nanti kamu setelah lulus kuliah?”
Ibu: “Iya, kamu mau kerja apa setelah lulus nanti? Kuliah itu jangan cuma cari senangnya saja. Perhatikan juga masa depan kamu nantinya.”
Nenek: “Kenapa kok Ari ingin kuliah jurusan seni?”
Ari: “Ari ingin mengembangkan bakat Ari jadi pelukis, Nek.”
Ibu: “Itu kan bisa kamu lakukan tanpa harus kuliah. Kamu bisa sering melukis sambil kuliah jurusan yang lain” (menampakan wajah kesal).
Ayah: “Benar kata ibu kamu. Dengarkan itu Ari! Ayah tak mau membiayai kuliah kamu jika kamu memilih jurusan seni. Ayah maunya kamu kuliah jurusan ekonomi.”
Ari: “Tapi, Yah?…”
Ibu: (memotong kata-kata Ari) “Sudah, Ibu juga maunya kamu nanti setelah kuliah bisa bekerja di kantor. Lihat sekarang ini, mana ada pelukis yang hidupnya sejahtera?”
Nenek: “Ayah dan Ibu kamu memang ada benarnya Ari. Pikirkan lagi masak-masak. Jangan sampai kamu menyesal. Soal bakat, kamu bisa mengasahnya di luar jurusan kuliah.”
Ayah: “Nah, itu dia. Nanti kan kamu bisa ikut kegiatan kampus yang bertema seni.”
Ari: “Baik ayah, akan Ari pikirkan lagi nanti” (menunduk lesu sambil merenung).
Impian Masa Depan
Suatu ketika, empat orang sahabat sedang berkumpul untuk membicarakan mengenai rencana mereka di masa depan. Mereka terlibat dalam pembicaraan yang cukup serius.
Toni: “Nanti kalau kalian misalnya dihadapkan dua pilihan, kerja di perusahaan besar, tapi gajinya kecil, atau kerja di perusahaan kecil, tapi gajinya besar. Kalian lebih pilih yang mana?”
Linda: “Yaa kalau aku pilih yang di perusahaan kecil, tapi gajinya besar.”
Norman: “Aku tak setuju! Lebih baik di perusahaan besar, ya, walaupun gajinya kecil. Kalau kita bekerja di perusahaan besar, masa depan kita lebih terjamin pastinya.”
Toni: “Kalau kamu bagaimana, Am?”
Ami: “Kalau aku sih yang penting potensi kedepannya baik. Tak apa-apa sementara gaji kecil, tapi asalkan nanti kedepannya bisa cukup menjanjikan bagiku.”
Toni: “Itu artinya kamu memilih bekerja di perusahaan besar daripada perusahaan kecil kan?” (sambil menunjuk Ami).
Ami: “Iya benar!”
Norman: “Kalau kamu sendiri Ton?”
Toni: “Ya kalau aku kurang lebih sama dengan pilihan Ami. Kita kan lihat keberlanjutan nantinya di masa depan. Kalau gaji kita besar, tapi tidak ada keberlanjutan jenjang kariernya, buat apa juga?” (menengadahkan tangan sambil menggelengkan kepala).
Norman: “Iya benar juga sih kata kamu. Paling penting itu jenjang karier masa depan nanti.”
Linda: “Iya sepertinya sih pilihan yang paling tepat ya memikirkan efek jangka panjangnya. Buat apa gaji besar tapi hanya sementara. Lagi pula, perusahaan kecil juga lebih rawan bangkrut kan?”
Ami: “Oke, sekarang kan kita sudah tahu apa efek memilih pekerjaan kedepannya. Jadi nanti waktu kita melamar kerja setelah lulus, kita harus pertimbangkan dulu untung ruginya buat masa depan kita.”
Norman dan Toni: “Siippp!”
Persahabatan Mengalahkan Keburukan
Ruangan kelas terasa sangat dingin dan tegang, karena bertepatan dengan momen ujian semester sekolah. Andi dan Bani duduk sebangku, kemudian ada Siti dan Dina duduk sebangku di depannya, sedangkan Bidu duduk sendiri di samping Bani.
Saat itu, matematika adalah mata pelajaran yang sedang diujikan. Semua murid pun tampak kebingungan dan kewalahan saat melihat soalnya. Sehingga, terjadilah percakapan antara para sekawan, Andi, Bani, Bidu, Siti dan Dina.
Bani: “Dina, aku mau minta jawaban dari soal nomor 6 dan 7 dong!”
Dina: “B dan D”
Siti: Kalau nomor 11, 12, dan 13 jawabannya apa Ban?”
Bani: “11 A, 12 D, nomor 13 aku belum nih”
Andi: “Husssttt… jangan kenceng-kenceng nanti guru dengar lho”
Siti: “Soalnya susah sekali, masih banyak yang belum aku kerjakan nih”
Kemudian mereka berempat pun memutuskan untuk saling contek menyontek. Namun, tidak dengan di Bidu. Bidu malah terlihat tenang dan mengerjakan soal ujiannya sendiri tanpa bergabung untuk menyontek.
Bani: “Bid, kamu udah selesai jawab soal?”
Bidu: “Belum, masih 2 soal lagi”
Bani: “Aku mau minta jawaban nomor 16 sampai 20 Bid!”
Bidu: “Nggak bisa, Ban”
Bani: “Lah kenapa? Kita kan sahabat, harus kerja sama”
Dina: “Iya Bidu, kita harus kerja sama”
Andi: “Iya, kamu kan paling pintar di sini Bid”
Bidu: “Tapi bukan kerja sama yang seperti ini harusnya”
Siti: “Kenapa emangnya? Cuma beberapa soal doang!”
Bidu: “Menyontek atau memberi contekan itu hal buruk sama dengan dosa. Aku tidak mau menyontek karena dosa, ataupun memberi contekan ke kalian. Aku minta maaf ya”
Siti: “Tapi saat ini mendesak Bid”
Dina: “Ya Bidu, bantu kami”
Bidu: “Tidak, maaf”
Andi: “Ya sudah, biarkan. Uruslah urusanmu sendiri Bid dan kami akan urus urusan kami sendiri” (Marah dan kesal)
Bani: “Kita lihat buku saja”
Bani pun lalu mengeluarkan buku matematika dari kolong mejanya secara diam-diam. Kemudian melihat rumus dan jawabannya. Lalu, Siti menanyakan hasilnya.
Siti: “Bagaimana Ban, ada tidak? apa jawabannya?
Bani: “Ada. kalian dengar ya. 16 A, 17 D, 18 B, 19 A, 20 C”
Namun, suara Bani yang terdengar keras, membuat guru pun mendengarnya. Seketika menghampiri mereka.
Guru: “Hey, kalian ini, mencontek terus. Kelar saja kalian!”
Mereka berempat pun keluar dari kelas dan dihukum di lapangan untuk menghormati tiang bendera.
Bani: “Aku tidak menyangka akan dihukum seperti ini”
Siti: “Seharusnya kita belajar ya”
Andi & Dina: “Iya benar!”
Tiba-tiba Bidu keluar kelas dan menghampiri mereka. Kemudian ia ikut berdiri hormat sama seperti yang lain.
Dina: “Kenapa Bid? Kamu dihukum juga?”
Bidu: “Tidak, aku ingin menjalani hukuman kalian juga. Kita kan sahabat? Aku ingin kita bersama”
Siti: “Aku berharap ini jadi pelajaran untuk kita semua ya”
Dina: “Dan tidak boleh diulang lagi”
Andi: “Kita sahabat sejati!”
Lalu, mereka pun menjalani hukuman dengan tawa dan senyum. Persahabatan akan mengalahkan segala keburukan dan membuat kita tidak akan mengulangi hal buruk lagi.
4. Ciri - ciri Drama
Ciri-ciri drama meliputi disampaikan dalam bentuk dialog, memiliki tokoh atau karakter yang diperankan, adanya konflik atau ketegangan, pementasan di atas panggung dengan properti, dan ditonton oleh penonton. Drama juga memiliki unsur dialog sebagai media utama penyampaian cerita, aksi atau gerakan, dan interaksi dengan penonton.
Disampaikan dalam Bentuk Dialog:
Dialog adalah percakapan antara tokoh dalam drama yang digunakan untuk menyampaikan cerita, membangun karakter, dan mengembangkan plot.
Memiliki Tokoh atau Karakter:
Tokoh atau karakter dalam drama memiliki peran yang diperankan oleh aktor atau pemain, dan setiap tokoh memiliki ciri-ciri khas yang membedakannya.
Adanya Konflik atau Ketegangan:
Konflik merupakan inti dari cerita drama dan dapat berupa konflik internal (dalam diri tokoh) atau eksternal (antara tokoh atau dengan lingkungan).
Pementasan di Atas Panggung dengan Properti:
Drama dirancang untuk dipentaskan di atas panggung dengan properti dan perlengkapan yang mendukung suasana cerita.
Ditonton oleh Penonton:
Drama merupakan sarana hiburan dan membutuhkan penonton untuk menyaksikan pertunjukan dan berinteraksi dengan aksi di atas panggung.
Aksi atau Gerakan:
Aksi atau gerakan di atas panggung menjadi bagian penting dari penyampaian cerita dan membantu menghidupkan suasana.
Interaksi dengan Penonton:
Interaksi antara pemain dan penonton menjadi elemen penting, terutama dalam pertunjukan teater langsung.
Menggunakan Bahasa Lisan:
Drama menyampaikan cerita melalui dialog dan monolog yang bersifat lisan.
Petunjuk Laku:
Teks drama biasanya berisi petunjuk laku yang menggambarkan bagaimana aktor harus berperilaku, bergerak, dan mengucapkan dialog.
Terbagi dalam Babak dan Adegan:
Drama sering terbagi dalam babak dan adegan untuk mempermudah penyajian cerita dan mengatur alur.